Tantangan Dakwah di Era Globalisasi

TANTANGAN DAKWAH DI ERA GLOBALISASI
oleh
M Ainul Mustofa
Nim.Ko: 09.04.007.0001.1.00.05


I. Pendahuluan.
Di era ini tantangan umat islam mulai besar, sehinggga untuk melakukan dakwah kepda masyarakat sangat sulit dilakukan karena dihadapkan oleh kemajuan teknologi komunikasi yang demikian hebat, masing masing anggota masyarakat dunia dapat bekerja sama, bersaing dan saling mempengaruhi dengan bebas. Sekat-sekat geografis dan jarak yang berjauhan tidak lagi menjadi hambatan. Dari segi ekonomi, setelah pasar bebas
ASEAN (AFTA) kita juga menyaksikan pasar bebas AsiaPasifik (APEC) dan terakhir pasar bebas Dunia (WTO). Tetapi karena kekuatan modal, sumber daya manusia, manajemen, teknologi dan industri dikuasai oleh negara-negara Utara. Akibatnya persaingan yang terjadi persaingan yang tidak seimbang. Khusus Indonesia, jangankan untuk tingkat dunia, tingkat ASEAN pun kita kesulitan untuk memenangi persaingan.
Begitu juga dari segi budaya, dan ini yang lebih berbahaya lagi, bermacam-macam ideologi, paham dan gaya hidup akan saling mempengaruhi dengan cepat, mengubah dengan cepat pula tatanan masyarakat. Sekali lagi, walaupun secara teoritis semua anggota masyarakat dunia saling mempengaruhi, karena kekuatan yang tidak seimbang yang akan menguasai dan memaksakan pandangannya adalah negara-negara Barat. Sebagai ilustrasi, kalau kita pergi ke Eropa atau Amerika, sudah dapat dipastikan kita tidak akan dapat menonton acara-acara televisi dari Indonesia.

Selain itu da’wah juga dihadapkan pada kenyataan munculnya ledakan penduduk di wilayah negara-negara miskin yang kebanyakan berpenduduk muslim (termasuk negeri kita), yang tidak dibarengi dengan kemajuan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Dengan kondisi demikian maka efek berikutnya yang muncul adalah lahirnya permasalahan kehidupan sosial, budaya, pendidikan, ekologis dan kesehatan. Daftar permasalahannya dapat berupa: Output pendidikan yang rendah, budaya yang lepas dari nilai-nilai santun, hukum yang tak mampu berbuat adil, angka kejahatan yang semakin tinggi (sehingga menurunkan rasa aman masyarakat), kemaksiatan yang semakin terbuka dan merajalela, kejahatan politik yang terang-terangan, sampai pada konflik-konflik horisontal yang terjadi maupun yang diciptakan. Di sisi ekologis kita juga saksikan terjadinya terus menerus perusakan hutan, pencemaran air, laut dan udara, kesemerawutan tata kota dan lalu lintas, ketidak-mampuan mengelola limbah, tumbuhnya pemukiman liar yang tak terkendali, musim kemarau dan musim hujan yang keduanya mendatangkan bencana akibat kelalaian pemerintah daerah, dan segudang permasalah lingkungan lainnya. Kondisi yang demikian buruk kemudian diperparah dengan buruknya moral para pejabat negara, pemain industri/usaha, termasuk para aparat penegak hukum.
Sesungguhnya keterbelakangan dan keterpurukan bukanlah sifat umat Islam. Dahulu, umat ini menempati posisi terdepan di dunia hampir sepanjang sepuluh abad kebudayaannya adalah kebudayaan yang dominan dan menyebar luas. Ulama-ulamanya adalah pendekar dan jawara dalam setiap disiplin ilmu dan pemikiran. Siapa yang berani mengingkari kontribusi Ibnu Hayyan dalam bidang kimia, Ibnu al-Haytsam dalam bidang fisika, al Khawarizmi dalam aljabar, al-Biruni dalam matematika, ar-Razi, Ibnu Sina, az-Zahrawi, dan Ibnu an Nafis dalam dunia kedokteran, Ibnu Rusyd dalam kajian filsafat.
Kemudian untuk membangkitkan keterpurukan umat islam dan kembali mengusai dunia ini salah satunya dapat dimulai dari kegiatan dakwah yang pencapaian dakwah itu sendiri dapat kita lakukan dengan mempejari terlebih dahulu hal-hal yang mungkin akan terjadi termasuk tantangan-tantangannya, sehingga kita dapat menemuka celah yag tepat untuk memberikan pengarahan menggunakan media dakwah yang kiranya nanti akan mampu dan berhasil mengubah kejalan kebenaran.
Berkaitan dengan upaya tersebut, penulis ingin membahas mengenai tantangan dakwah di era globalisasi ini sehingga bisa untuk dipelajari para da’i ataupun khotib sebagai sarana mempelajari celah dalam kegiatan dakwahnya. Dan tentunya dalam uraian nanti terdapat banyak kekurangan karena hal ini dibuat sebagai sarana edukasi sehingga saran dan kritikan sangat penulis harapakan.

II. Pengertian dakwah.
Dakwah secara bahasa memiliki makna bermacam-macam diantaranya:
2.1النداء yang artinya memanggil dan menyeru . Seperti dalam firman Alloh surah Yunus : 25 yaitu:
           
Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).
2.2 Menegaskan atau membela, baik terhadap yang benar ataupun yang salah, yang positif ataupun yang negatif.
2.3 Suatu usaha berupa perkataan ataupun perbuatan untuk menarik seseorang kepada suatu aliran .tau agama tertentu.
2.4 Doa atau permohonan seperti dalam firman Alloh:
اجيب الدعوة الداعي اذا دعا نى.............
Aku mengabulkan permohonan orang bila ia memohon kepadaku........
2.5 Meminta dan mengajak seperti ungkapan : da’a bi al-syai’,yang artinya meminta dihidangkan atau didatangkan makanan atau minuman.
Sedangkan secara terminologi, para ulama’ berbeda pendapat dalam menentukan dan mendefinisikan dakwah, hal ini disebabkan oleh perbedaan mereka dalam memaknai dan menginterpretasikan kalimat dakwah itu sendiri. Akan tetapi dapat ditarik sebuah garisbesar dari pengertian etimologinya bahwa dakwah ialah mengajak kepada seseorang untuk mengikuti jejak orang yang mengajak. Selain itu dakwah juga mencangkup proses belajar mengajar yang didalamnya terdapat proses penyampaian pesan-pesan kepada oranglain dengan pelbagai sarana dan prasarana.
Namun perlu diketahui bahwa hakikat dakwah nabi adalah kebebasan,rasionalitas,dan universal. Nabi tidak pernah sekipun memaksa orang untuk mengikuti agamanya. Beliau menyeru ’’ Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.’’ Beliau menawarkan sebuah kebenaran, tanpa pemaksaan untuk mengikutinya.’’ Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya kami Telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek’’. Nabi dalam menawarkan ajarannya dengan meluruskan penalaran dengan disertai argumentasi sehingga ajarannya akan akan dapat diterima oleh orang yang berakal dan memiliki hati. ’’..... "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran’’.
Kemudian yang amat penting ialah mengetahui hukum melakukan dakwah sebagaimana disebutkan dalam al-Quran surah al-Nahl (16):125 :
             •     •       
‘’Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Berdasarkan isyarat ayat tersebut, hakikat dakwah dapat dirumuskan sebagai suatu kewajiban mengajak manusia kejalan Tuhan dengan cara hikmah, mau’idah hasanah dan mujadalah. Adapun respon manusia terhadap ajakan kejalan Tuhan tersebut dapat positif atau sebaliknya.
III. Karakteristik Masyarakat Global.
Pada era globalisasi ini kita menyaksikan terjadinya persaingan kalau tidak dapat dikatakan pertarungan yang tidak seimbang antara apa yang dikelompokkan sebagai Barat dan Timur, atau Utara dan Selatan. Dari segi ilmu pengetahuan, teknologi dan pandangan hidup, dunia dibagi menjadi Barat dan Timur. Barat untuk negara-negara yang maju ilmu pengetahuan dan teknologinya serta punya pandangan hidup rasional dan sekuler; Timur sebaliknya. Sedangkan dari segi ekonomi, dunia dibagi menjadi Utara dan Selatan. Utara untuk negara-negara yang maju ekonominya, sedangkan Selatan untuknegara-negara berkembang dan terbelakang. Letak geografis sama sekali tidak menjadipertimbangan. Maroko yang terletak di Barat dimasukkan dalam kelompok Timur, sementara Jepang yang terletak di Timur dmasukkan dalam kelornpok Utara. Australia yang terletak di Selatan dimasukkan kelompok Utara. Seluruh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), termasuk Indonesia, masuk dalam kelompok negara-negara Timur dan Selatan.
Dengan kemapuan teknologi komunikasi yang demikian hebat, masing masinganggota masyarakat dunia dapat bekerja sama, bersaing dan saling mempengaruhi dengan bebas. Sekat-sekat geografis dan jarak yang berjauhan tidak lagi menjadi hambatan. Darisegi ekonomi, setelah pasar bebas ASEAN (AFTA) kita juga menyaksikan pasar bebasAsia Pasifik (APEC) dan terakhir pasar bebas Dunia (WTO). Tetapi karena kekuatan modal, sumber daya manusia, manajemen, teknologi dan industri dikuasai oleh negara negara Utara. Akibatnya persaingan yang terjadi persaingan yang tidak seimbang. Khusus Indonesia, jangankan untuk tingkat dunia, tingkat ASEAN pun kita kesulitan untuk memenangi persaingan.
Begitu juga dengan adanya transformasi budaya barat yang menggila dan telah mempengaruhi kebudayaan timur yang bisa dikatakan total. Sehingga nilai-nilai moral yang ada pada ajaran agama islam sulit untuk diterapkan bahkan hampir lekang oleh waktu. Kemudian dengan adanya kebebasan itu telah merubah karakteristik masyarakat secara komperhensif yang dapat disimpulkan pada beberapa sifat yaitu:
3.1 Masyarakat yang terbuka tanpa sekat.
3.2 Masyarakat ilmiah yang kritis dan rasionalis.
3.3 Masyarakat yang serba kompetitif dan hedoni.
3.4 Masyarakat yang dekakde dan liberal.
IV. Dakwah yang sulit diterima oleh masyarakat.
Perlu kita sadari pada saat ini sering kita temui dan terjadi pada masyarakat bentuk sosialisasi dakwah yang monoton (jumud) yakni proses dakwah yang dengan segala legalitas ‘ananiyah nya masih berandai-andai dengan konteks masalalu yang sebenarnya kurang begitu relevan dengan perkembangan jaman dewasa ini, apalagi dimasa mendatang , sehingga terjadi kebosanan pada masarakat yang berdampak pada kesia-siaan dakwah yang diabaikan.
Kemudian kalau mengutip dari harian republika (20/4/2009) menyebutkan bahwa :
cendekiawan seperti : Dr. M. Amien Rais, Dr. Kuntowijoyo, Dr. Yahya Muhaimin, . A. Watik Pratiknya, dan Endang S. Anshari melakukan wawancara intensif dengan Dr. Mohammad Natsir. Mereka menggali pemikiran Natsir dengan sangat intensif. Berulangkali wawancara dilakukan. Sayang, hasil rekaman wawancara itu kemudian tidak terselamatkan. Dokumen yang tersisa hanya sebuah buku setebal 143 halaman, berjudul Percakapan Antar Generasi: Pesan Perjuangan Seorang Bapak (1989). M. Natsir menyebutkan: ada tiga tantangan dakwah yang dihadapi umat Islam Indonesia, yaitu (1) Pemurtadan, (2) Gerakan sekularisasi, dan (3) gerakan nativisasi.

Kemudian dari pernyataan M.Natsi tesebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa: Da’wah akan berhadapan dengan dimensi masyarakat, yang dari kurun ke kurun berkembang dan memiliki karakternya masing-masing. Da’wah yang efektif tentu harus cerdas dalam memainkan peran dan fungsinya agar fungsi rahmatan lil `alamin yang dipikulnya dapat bekerja optimal. Dengan kata lain, modal da’wah pada setiap zaman tentu akan berbeda, karena mesti dibawakan, dikomunikasikan, disesuaikan dengan karakter zamannya. Pesan Rasulullah SAW sangat jelas, "khotibunnasi ‘ala qodri `uqulihim‘, "khotibunnas ‘ala lughotihim" Da’wah harus mampu berkomunikasi secara efektif, disesuaikan dengan kondisi dan karakter masyarakat yang menjadi obyek da’wahnya. Bila cara dan muatan da’wah tidak "match" dengan situasi/kondisi dan tuntutan da’wah, sangat mungkin da’wah tersebut ditinggalkan orang.
V. Tantangan dakwah di era globalisasi.

Dari pelbagai penguraian yang telah dipaparkan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa tantangan dakwah yang dihadapi para da’i maupun khotip di era globalisasi ini dapat dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu:
5.1 Faktor tantangan internal.
Yang dimaksud faktor tantangan internal disini ialah faktor yang datang dari dalam diri pendakwah ataupun da’i itu sendri karena beberapa sebab yang meliputi:
5.1.1 Banyak da’i yang menyebar di masyarakat notabenenya adalah menyesatkan sehingga muncul banyak aliran sesat.
5.1.2 Ditemukan banyak da’i yang pada dasarnya kurang berkompeten di bidang agama yang kemudian memanfaatkannya hanya untuk mencari penghasilan.
5.1.3 Model dakwah da’i yang tidak benar seperti yang dilakukan oleh para teroris.
5.2 Faktor tantangan eksternal.
Yang dimaksud faktor tantangan eksternal disini ialah factor yang datang dari mad’u (masyarakat yang didakwahi) yakni:
5.2.1 Golongan masyarakat yang ilmiah dan kritis sehingga mereka selalu menuntut adanya rasionalisasi ilmiah pada setiap materi dakwah yang mereka dapatkan.
5.2.2 Masyarakat yang terbuka tanpa sekat yang memungkinan dapat mengakses hal-hal baru dari kebudayaan non islam yang dibawa melalui tehnologi baru.
5.2.3 Masyarakat yang dekakde dan liberal yang cenderung berfaham freedom dan terlanjur terjerumus dalam jurang kesesatan.
5.2.4 Masyarakat yang pobia akibat terjadinya terosisme yang mengatasnamakan ajaran agama islam.
Dari faktor-faktor tersebut dapat kita ketahui bahwa tantangan berdakwah pada era globalisasi ini sangatlah berat karena tidak hanya datang dari mad’u (obyek dakwah) melainkan juga dari da’i (subyek dakwah) sehingga lengkap sudah tantangan yang dihadapi oleh para da’i tersebut. Lalu dengan mengetahui tantangan-tantangan yang ada maka akan mempermudah kita melakukan dakwah yang telah dianjurkan kepada kita.

VI. Penutup.
Di era ini tantangan umat islam mulai besar, sehinggga untuk melakukan dakwah kepda masyarakat sangat sulit dilakukan karena dihadapkan oleh kemajuan teknologi komunikasi yang demikian hebat, masing masing anggota masyarakat dunia dapat bekerja sama, bersaing dan saling mempengaruhi dengan bebas. Sekat-sekat geografis dan jarak yang berjauhan tidak lagi menjadi hambatan. Dari segi ekonomi, setelah pasar bebas ASEAN (AFTA) kita juga menyaksikan pasar bebas AsiaPasifik (APEC) dan terakhir pasar bebas Dunia (WTO). Tetapi karena kekuatan modal, sumber daya manusia, manajemen, teknologi dan industri dikuasai oleh negara-negara Utara. Akibatnya persaingan yang terjadi persaingan yang tidak seimbang. Khusus Indonesia, jangankan untuk tingkat dunia, tingkat ASEAN pun kita kesulitan untuk memenangi persaingan.
Begitu juga dari segi budaya, dan ini yang lebih berbahaya lagi, bermacam-macam ideologi, paham dan gaya hidup akan saling mempengaruhi dengan cepat, mengubah dengan cepat pula tatanan masyarakat. Sekali lagi, walaupun secara teoritis semua anggota masyarakat dunia saling mempengaruhi, karena kekuatan yang tidak seimbang yang akan menguasai dan memaksakan pandangannya adalah negara-negara Barat. Sebagai ilustrasi, kalau kita pergi ke Eropa atau Amerika, sudah dapat dipastikan kita tidak akan dapat menonton acara-acara televisi dari Indonesia.
Selain itu da’wah juga dihadapkan pada kenyataan munculnya ledakan penduduk di wilayah negara-negara miskin yang kebanyakan berpenduduk muslim ,(termasuk negeri kita), yang tidak dibarengi dengan kemajuan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Dengan kondisi demikian maka efek berikutnya yang muncul adalah lahirnya permasalahan kehidupan sosial, budaya, pendidikan, ekologis dan kesehatan. Daftar permasalahannya dapat berupa: Output pendidikan yang rendah, budaya yang lepas dari nilai-nilai santun, hukum yang tak mampu berbuat adil, angka kejahatan yang semakin tinggi (sehingga menurunkan rasa aman masyarakat), kemaksiatan yang semakin terbuka dan merajalela, kejahatan politik yang terang-terangan, sampai pada konflik-konflik horisontal yang terjadi maupun yang diciptakan.
Di sisi ekologis kita juga saksikan terjadinya terus menerus perusakan hutan, pencemaran air, laut dan udara, kesemerawutan tata kota dan lalu lintas, ketidak-mampuan mengelola limbah, tumbuhnya pemukiman liar yang tak terkendali, musim kemarau dan musim hujan yang keduanya mendatangkan bencana akibat kelalaian pemerintah daerah, dan segudang permasalah lingkungan lainnya. Kondisi yang demikian buruk kemudian diperparah dengan buruknya moral para pejabat negara, pemain industri/usaha, termasuk para aparat penegak hukum.
Sesungguhnya keterbelakangan dan keterpurukan bukanlah sifat umat Islam. Dahulu, umat ini menempati posisi terdepan di dunia hampir sepanjang sepuluh abad kebudayaannya adalah kebudayaan yang dominan dan menyebar luas. Ulama-ulamanya adalah pendekar dan jawara dalam setiap disiplin ilmu dan pemikiran. Siapa yang berani mengingkari kontribusi Ibnu Hayyan dalam bidang kimia, Ibnu al-Haytsam dalam bidang fisika, al Khawarizmi dalam aljabar, al-Biruni dalam matematika, ar-Razi, Ibnu Sina, az-Zahrawi, dan Ibnu an Nafis dalam dunia kedokteran, Ibnu Rusyd dalam kajian filsafat.
Kemudian untuk membangkitkan kembali dari keterpurukan umat islam dan kembali mengusai dunia ini salah satunya dapat dimulai dari kegiatan dakwah yang pencapaian dakwah itu sendiri dapat kita lakukan dengan mempejari terlebih dahulu hal-hal yang mungkin akan terjadi termasuk tantangan-tantangannya, sehingga kita dapat menemuka celah yag tepat untuk memberikan pengarahan menggunakan media dakwah yang kiranya nanti akan mampu dan berhasil mengubah pada jalan kebenaran dapat menciptakan metode dakwah yang lebih sesui dan tepat sasaran.
Daftar pustaka.

Quran in word ver 1.0.0 created by Mohammed taufiq.
Manzur, Ibnu.1990.Lisanul ‘Arab.Beirut.Dar al-Fikr.
Zabadi, Fairuz.al-Qonus al-muhith.jilid IV.
Faizah, Lalu Muhsin.2006.Psikologi dakwah.jakarta.Prenada Media.
Al-Faruqi, Ismail,R.Lamnya,Lois.1998.Atlas Budaya Islam:Menjelajah Khasanah Budaya Gemilang.Bandung.Mizan.
Ya’kub, Hamzah.1981.Publistik Islam teknik Dakwah dan Leadership .Bandung. C.V.Diponegoro.
Hasan ,Tolhah.Makalah.Disampaikan pada diklat da’i dan khotib NU kota Malang tgl 20 dan 27 Juni 2010. Dakwah aswaja dan Problematikanya di Era Globalisasi.PC NU Kota Mlang.
Ulümuddîn Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004.
Ahmad Anas.2006.Paradigma Dakwah Kontemporer.Semarang.PT Pustaka Riski putra.
Harian Republika edisi : 20 Maret 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Jadwal Shalat